Menjadi Ibu Rumah Tangga di Jerman. Ibu rumah tangga (Jerman: Hausfrau ; Inggris: housewife) adalah seorang wanita yang bekerja menjalankan atau mengelola rumah keluarganya, bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya, memasak dan menghidangkan makanan, membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari, membersihkan dan memelihara rumah, menyiapkan dan menjahit pakaian untuk keluarga, dan lain sebagainya.
Ibu rumah tangga umumnya tidak bekerja di luar rumah. Merriam Webster Dictionary mendefinisikan ibu rumah sebagai seorang wanita menikah yang bertanggung jawab atas rumah tangganya. Istilah ibu rumah tangga berkebalikan dengan wanita karier. (Sumber wikipedia)
Kalau baca penjelasan wikipedia diatas, banyak sekali ya tanggung jawab ibu rumah. Tugas 24 jam tanpa dibayar, saya bilang 24 jam, karena kalau tiba-tiba anak sakit, ibu juga repot ngurus tengah malam atau dini hari.
Saya dapat pertanyaan via email dari pembaca blogku. Sebenarnya tahun lalu sudah ditanyain hal yang sama sih dan yang pertanyaan baru ini lebih detail lagi namun intinya sama nanya apakah jadi istri orang Jerman harus bekerja?, kalau di asia pria sebagai kepala rumah tangga, tugasnya mencari nafkah dan istri dirumah menjadi ibu rumah tangga. Apakah peran seperti itu berlaku juga di Jerman, begitu ya yang kutangkap dari pertanyaan Kyle.
Kupikir sekalian posting ke blog saja, siapa tahu ada yang punya calon suami dari Jerman juga seperti Kylie kan, bisa dapat gambaran dari ceritaku.
Tulisan Terkini
- Beli Anggrek Bulan Impian Phalaenopsis Wild Cat dan Daun Lurik di Orchibias Jerman
- Penipuan Permintaan Uang Paypal Tahun 2023 Apa yang harus dilakukan
- Moss Hitam Kadaka dan Moss Putih Spagnum Mana yang Bagus Buat Media Anggrek
Pas jawab ke Kylie sih singkat, jelas dan padat hehe, maklum mata selalu 5 watt setelah nidurin si Lisa Marie. Sejak punya anak, jarang saya bisa balas-balas email surat pembaca begini, seringnya kelupaan hehe padahal setelah baca sudah saya tandai “unread/belum dibaca” begitu datang email baru, yang lama pada ketindih deh.
Comment: Halo.mbak nella.. .. bole tny2 seputar kehdpan org jerman ga ya? Apa bnr di jerman suami istri hrs bekerja untuk menyambung hidup? .. kl suami doang yg kerja mang ga bakal ckp ya? Dan mang bnr kl istri pny sumbangsih tuk ikutan byr keperluan keluarga?disana pria itu kepala keluarga spt layaknya org asia kah?
Mksdnya kl di asia kan pria lah yg mencari nafkah , wanita penolong pria dan mengurus rmh tangga..
Prnh dgr kl ada house man disana.. tq mbak nella
- Apa benar di Jerman suami istri harus bekerja untuk menyambung hidup?.
Tidak ada salah atau benarnya ko hehe. Kalau gaji suami sudah cukup untuk menghidupi istri dan anak-anak, maka keputusan „apakah istri harus bekerja“ menjadi pilihan wanita/istri nya sendiri dan tentunya atas dukungan suami juga.
- kalau suami doang yang kerja memang tidak bakal cukup ya?
Sudah dijawab di nomer 1 ya. Cukup tidak cukupnya bisa tahu setelah jadi suami istri, bisa tahu setelah punya anak-anak. Kalau misal si suami level bos yang gajinya gede, ya istri bisa jadi ibu rumah tangga seumur hidup dan ngurus anak-anak saja.
Cukup tidak cukup tergantung gaya hidup kita. Cukup disini maksudnya bagaimana? “cukup” setiap orang beda-beda ya. Misalnya saja saya deh, saya ibu dirumah alias tidak bekerja. Ngurus 2 anak, suami sebagai sumber penghasilan keluarga.
- Cukup buat ngontrak rumah, iya.
- Cukup bayar listrik, telp, internet, iya.
- Cukup bayar beberapa asuransi, iya.
- Cukup belanja kebutuhan dapur, iya.
TAPI ..
- Sejak saya ke Jerman, sudah 7 tahun disini, belum pernah sekalipun liburan ke tanah air. Memang belum ada keinginan menggebu. Ortu dan adik-adik pernah mengunjungi saya ke Jerman. Mamaku sudah 3 kali ke Jerman. Tiket Jerman – Jakarta – Jerman katakan dapat tiket murah 500 euro (tapi ini mujizat kalau bisa dapat segitu) 4 tiket (kalau punya 2 anak, suami istri) dirupiahkan Rp.32.000.000 .
- Liburan didalam negeripun (Jerman) belum tentu setiap tahun. Antara kita yang memang malas liburan, atau tidak ada duit ya mungkin gabungannya haha. Soalnya saya lebih memilih duitnya buat beli tanaman haha.
- Dikontrakan sekarang sudah 6 tahun, pengenlah pindah ke rumah lebih besar, supaya Lisa punya kamar sendiri, tapi sewa rumah dikota kita ini makin muahal aja, apalagi yang tinggal dikota besar semacam Berlin, Muchen, Stuttgart dll kalau tahu biaya sewa rumah dikota tersebut, kita bisa bilang ckckck seperti ciccak di dinding haha, maksudnya sangking herannya betapa mahalnya sewa rumah di Jerman. Dengan kondisi saya tidak bekerja, bapaknya anak-anak tidak berani pindah rumah.
- Biaya tak terduga seperti awal tahun ini buat benerin mobil kena 3500 euro (Rp.56 juta). Tiap 2 tahun sekali mobil di Jerman harus uji kelayakan, kalau tidak lolos uji kelayakan tidak dapat stempel, tidak boleh jalan. Ga ada sogok menyogok juga dengan penguji atau bengkelnya supaya biaya lebih murah gitu. Kalau mobilnya tidak layak jalan ya harus diperbaiki, kalau di akal-akali taruhannya nyawa kan. Padahal ya desember 2017 ya sudah seneng aja kita, dapat pemberitahuan pengembalian pajak 2.800 euro (Rp.44,8 juta), kalau tidak ada uang pengembalian pajak, entah darimana duit bayar bengkel. Kita bayar bengkelnya akhirnya boleh dicicil, hampir 6 bulan kalau tidak salah. Ya muka tembok aja sama pemilik bengkelnya, Puji Tuhan tidak pernah ditelp pemilik bengkelnya. Trus suami bilang tiap bulan ambil 100 euro, simpan buat 2 tahun lagi, eh sudah kekumpul sedikit, terpaksa kepakai untuk biaya lain yang mendesak.
Baca juga: Kehidupan Rumah Tangga di Jerman Postingan Girindra
- Dan memang benar kalau istri punya sumbangsih untuk ikutan bayar keperluan keluarga?
Dengan status saya tidak bekerja, tidak ada dong sumbangsih duit hehe, kuberikan tenaga dan cintaku saja haha. Nah buat yang lagi menjalin hubungan dengan pria Jerman, ya tidak hanya bule Jerman aja sih, penting sekali nanyain soal keuangan ini.
Setahu saya ada istri yang diminta ikutan bayar listrik, air, kontrak rumah dll. Pernah ada yang cerita untung wanita Indonesianya punya usaha online di Indonesia, jadi dia bisa kasih duit bulanan ke suami bulenya (pasangan ini tidak tinggal di Indonesia).
- disana pria itu kepala keluarga seperti layaknya orang asia kah?. Maksudnya kalau di asia kan pria lah yang mencari nafkah, wanita penolong pria dan mengurus rmh tangga. Pernah dengar kalau ada house man disana.
Pernah baca artikel dan nonton tayangan di tv juga tentang tentang house man di Berlin, cuma pas google saat membuat postingan ini, tidak ketemu artikelnya.
Kalau wanitanya punya karir bagus, ya bisa aja suami jadi bapak rumah tangga, atau kerja dari rumah. Istripun kalau bisa kerja dari rumah setelah punya anak, ya bisa juga ko, kalau dapat kesempatan tentunya. (Baca: Tren Bapak Rumah Tangga di Berlin – DW Indonesia)
Sebelum baca tulisannya Gaganawati, saya tidak tahu kalau ternyata di Jerman ibu dirumah tuh banyak sekali!. Awalnya saya kira di Jerman para wanitanya lebih memilih berkarir, soalnya ibu mertuaku dan adik iparku saja bekerja, lalu ibu yang tinggal di lantai dasar rumahku juga bekerja, si A kerja, si ibu B, ibu D dll yang kutahu pada bekerja, bahkan yang sudah punya anak hanya sebentar cuti sudah balik bekerja kembali.
Jumlah Ibu RT di Jerman Terlalu Banyak, Bagaimana di Indonesia?
Kalau misal ada yang sedang menjalin hubungan dengan pria Jerman dan pria asing lainnya, lalu memutuskan mau jadi ibu rumah tangga, mau ngurus anak-anak saja, ya silakan saja, kalau gaji suami cukup.
Namun pikirkan juga masa tua kita nantinya bagaimana?, kebanyakan orang di Jerman sini ngontrak rumah. Apakah kalau istri tidak bekerja, pensiunan suami akan cukup menghidupi dua orang?, apakah hanya cukup bayar sewa rumah?.
Saya pernah nonton tayangan mengenai lansia di Jerman, tidak melulu bule lansia hidup mewah, liburan ke luar negeri, namun di Jerman sini, banyak juga lansia hidup miskin. Sering loh saya lihat lansia cari botol-botol kosong di jalanan dan tempat sampah (botol kosong bisa ditukar duit), atau masih harus kerja serabutan untuk bertahan hidup, tidak punya asuransi pula.
Ada pula lansia (hidup sendiri) yang di wawancara bilang uang pensiunannya 700 euro, dan kontrak rumahnya nyaris sejumlah uang pensiunannya, lah lalu mau beli makan, pakaian dll dari mana duitnya?.
Trus kenapa orang Jerman lebih suka ngontrak?. Ada yang bilang biaya sewa rumah tidak terlalu mahal, sedangkan kalau beli rumah, saat cicilannya selesai, mungkin masih bisa hidup 15 – 20 tahun lagi, mau diwariskan ke anak akan ada biayanya, tidak punya anak tuh properti diambil negara 😀 . Sebenarnya masih ada alasan-alasan lain kenapa orang Jerman lebih suka ngontrak ketimbang beli rumah, lain waktu saya cerita lagi deh ya.
Kalau bapaknya anak-anak ya pengenlah bisa punya rumah sendiri. Mertuaku ngontrak rumah, ortu dari emak mertua punya rumah sendiri, oma opa buyut ini saat masa mudahnya punya karir bagus, sedangkan ortu dari bapak mertua sudah lama banget meninggal jauh sebelum saya ke Jerman.
Kalau mau dibandingin Indonesia dan Jerman, ya beda jauh yaa, maksudku harga property di Jerman mahal sekali. Kalau saya kalau nunggu bus, iseng lewat kantor makelar rumah, ngelihat iklan rumah dijual ngeliat angkanya ko banyak banget nol nya haha, dirupiahin tambah ngeri lihatnya haha, nah bagaimana bisa beli rumah kalau hanya suami yang cari duit kan, ya mungkin kalau kamu beruntung dapat suami kaya, maka tidak perlu bekerja.
Saya lulusan Farmasi UI, ijasahku sudah di legalisir di Jerman tahun 2016. Ini juga prosesnya setahun kalau tidak salah. Di tulis di legalisirnya saya bisa bekerja di Jerman, tidak disuruh kuliah lagi hehe 😀 . Dulu saya sudah malas ajalah kalau disuruh kuliah lagi, eh ternyata ijasahku diakui di Jerman!.
Mensetarakan ijazah di Jerman istilahnya anerkennen lassen. Bisa cari informasinya di anerkennung in Deutschland.
Ada anerkennen untuk pendidikan (kuliah) ada pula untuk bidang pekerjaan, yang saya lakukan adalah anerkennen lassen untuk ijazah kuliah saya.
Mau banget kerja, namun saat ini kedua anakku masih kecil. Benjamin sudah masuk TK namun jam sekolahnya hanya sampai 13.45 sedangkan hari Jumat sampai jam 13. Lisa Maret tahun depan baru 2 tahun usianya, kalau masukin ke playgorup biayanya hampir 400 euro (Rp.6,4 juta) malah di kota besar ada yang 900 euro, bahkan 1200 euro biayanya gilee entah dapat pelayanan apa saja si anak. Nah kalau ibu nya hanya kerja part time (minijob) yang gajinya 500 euro, sisanya hanya 100 euro, ya saya mending ngurus si kecil sendiri deh.
Kalau TK untuk anak diatas 3 tahun seperti Benjamin biayanya 100 euro/bulan (Rp.1,6 juta). Emak mertuaku dari awal mau bayarin separuhnya, ya kita sih oke aja 😀 . Saya cari kerja part time minijob tidak nemu untuk latar belakang pendidikanku. Selama ini yang kutemukan lowongannya adalah untuk kerja penuh waktu. Mungkin kalau awalnya kerja penuh waktu lalu minta dikurangi jam kerja ya bisa aja, namun dengan kondisi sudah punya anak begini ya harus panjang sabar ya cari kerjannya.
Pernah dong saya ketemu ibu lansia yang kita sering ketemu di bus, entah bagaimana ceritanya si oma bilang anaknya 6 tahun dirumah ngurus anak. Setelah masuk SD baru ibunya kembali bekerja. Nitip anak-anak ke mertua, lah emak mertuaku masih aktif bekerja, lagipula jarang saya lihat mertua atau ortu di Jerman sini yang full seharian jagain cucunya. Anak kecil tuh aktifnya ajaib banget, kalau oma opa nya diminta jagain seharian, besoknya turun berok kali haha.
Oh ya yang kutemuin di koran-koran banyak kerjaannya jadi tukang bersih-bersih.. jadi putzfrau gitu buanyak lowongannya!, toh dapat duit juga kan ya, cuma tidak diizinkan bapaknya anak-anak. Pas ku tunjukin lowongan yang ada statement macam kerja rodi gitu perlu kekuatan fisik, yaelah tidak boleh, ah pusing saya jadinya haha.
Ada seorang ibu yang sering kita ketemu saat antar Benjamin ke TK, pas tahu saya cari lowongan minijob, besoknya dia kasih tahu lowongan, yaelah jadi reinigungskraft (tukang bersih-bersih), pasti ditolak mentah-mentah sama bapaknya anak-anak dah.
Ibu ini dari masa muda nya sampai tuanya, sudah dekat masa pension sih, masih kerja yang sama jadi reinigungskraft, bahkan sudah bisa beli rumah sendiri, berkat kerja keras dia dan suami ngumpulin duit. Saya tidak memandang rendah kerjaan sebagai reinigungskraft, cuma ya masa dalam hidup tidak ada peningkatan toh dalam kerjaan?.
Beberapa hari lalu, bapaknya anak-anak terima surat laporan pensiun, memang dikirim rutin beberapa bulan sekali. Kalau dia pensiun 20 tahun kedepan, uang pensiunnya dapat sekitar 1.000 euro (Rp.16 jutaa) doang, omg entah berapa euro sewa rumah 20 tahun ke depan ya, kita agak ketawa aja karena uang segitu sama sekali tidak ada artinya. Kalau dikurs ke rupiah ya keliatan besar, namun untuk ukuran 20 tahun mendatang tinggal di Jerman ya sangat kecil sekali.
Kalau dari tadi saya ngomongin ibu rumah tangga di Jerman, di link ini adalah menjadi ibu bekerja di Jerman.
Masih ada yang galau juga apakah jadi istri orang Jerman harus bekerja?, apakah jadi ibu dirumah dipandang sebelah mata?, bisa baca tulisan dibawah ini (Bahasa Jerman)
https://www.eltern.de/familie-und-urlaub/familienleben/gluecklich als hausfrau
http://mamiundgoer.com/hausfrau warum
https://de.wikipedia.org/wiki/Hausfrau
Demikianlah cerita saya mengenai Menjadi Ibu Rumah Tangga di Jerman. Kalau kamu baru pertama kali berkunjung ke blog saya dan suka tulisan ini silakan subscribe follow blog saya, supaya tidak ketinggalan postingan cerita dari Jerman berikutnya, kolom berlangganan mengikuti blog ada dibagian kanan atas postingan.
Baca juga: 7 Kelakuan Unik Suami Jermanku yang Bikin Makin Cinta
Haha iya Bu. Mungkin ga perlu ditulis ya, saya ada beberapa kenalan juga yg memang orang Denmark mereka msh pelajat dan kerja tambahan sebagai babysitter atau pengantar koran, dsb. Sepertinya sih memang hanya untuk nambah uang saku saja kalau unt mereka
dan selamat menikmati liburan di tanah air
salam kenal Nella 🙂
Hi Mtiyasaa gpp ko 🙂 salam kenal yaa..
aku kayanya salah nama punten
Phebie ini super kumplit dan jadi ngangguk sendiri waktu baca seputar fakta hidup di jerman…
Hai Tessa, kalau menurut temanku yg kerja Farmasi di Belanda, nanti ga bagus kalau di tulis di cv kalau pernah kerja sbg tim kebersihan. Menurutku sih tergantung perush yg kita kirimi lamaran kali ya.
Menarik postingannya, Bu 😊
Teman saya ada yg menikah dgn orang Swiss. Awal2 teman saya ini kerja bersih-bersih sambil kuliah. Memang sempat down, tapi akhirnya lulus dan dapat pekerjaan yg baik.
Mungkin jadi putzfrau ini bisa jadi batu loncatan, walau ada juga orang yang memilih untuk menjadikannya sebagai karir.
Kapan-kapan ada kesempatan ke tanah air, aku pengen cari bukunya mba Gaga 😉 .
Alhamdulillah terimakasih mba
Oh ya makasih infonya
Ternyata banyak pertimbangannya juga jadi ibu rumah tangga di Jerman. Aku udah baca bukunya Mbak Gaganawati juga dan isinya juga menarik.
Blog mba Iis yg cerpenmotivasicomgratis.wordpress.com kena suspended, tidak bisa dibuka lagi mba.
Saya pemula mba jadi ngga tahu harus gmn ko ngga ke buka
Mba Iis blogmu ga bisa dibuka, ada url lain kah?.
Makasih mba Iis untuk komennya, ga ada yg salah ko dg pendapat mba. Iya benar banget yg mba katakan berumah tangga saling melengkapi 😉 .
Ada juga seorang suami yang bekerja dan seorang istri pun bekerja itu juga bagus untuk saling menutup kekurangan kebutuhan rumah tangga dalam meringankan beban suami, cuman tugas seorang istri pandai-pandailah mencari jalan terbaik untuk anaknya supaya tidak salah langkah kedepannya.
Dalam hidup berumah tangga kebersamaan yang diutamakan, baik suami maupun seorang istri saling mendukung di dalamnya. jika suami sehat dan bekerja itu sangat bagus dan bagi seorang istri yang mengurus rumah tangga itu pun lebih baik karena dapat mengontrol kebutuhan rumah tangga mengurus dan mendidik anak supaya dapat saling mendukung seseuai dengan tujuan berumah tangga. berumah tangga saling melengkapi dan saling menghargai akan menjadi sebuah keluarga yang bahagia. cukup dan tidak cukupnya keuangan tergantung bagaimana menyikapi gaya hidup yang diterapkan.jika gaya hidup dengan uang yang banyak selalu kurang apalagi dengan uang yang sedikit, tetapi jika uang yang sedikit dirasa cukup pasti dikala ada uang yang banyak akan mampu menyisihkan untuk menabung. mohon maaf mba kalau ada kata yang salah
enaknya kerja ya gitu kak 😀
Iyaa yaa tergantung gaya hidup, kalau single income ya hidup serba ngirit2 hehe 😀 . Wah kalau dapat diskonan begitu bagus bangett Mel 😉 .
sebenernya mau single income atau double income, cukup ga cukup tergantung gaya hidup ya kak… tapi kalo uda punya anak, tentu ingin kasih yang terbaik buat anak… salah satu alasan kenapa aku masih kerja, karena anakku bisa dapet diskon pas sekolah… kebetulan anakku sekolah di sekolah tempat aku kerja, jadi ya kerja ujung2nya buat anak juga… walaupun sebenernya kalo ngikutin kata hati sih pengennya di rumah aja hehehehe…
Nah, itu dia, Mbak.
Karena dalam rumah tangga sendiri aku sepakat kalau salah satu sudah karirnya bagus mending satunya ngalah jagain anak karena aku lbh suka anak lebih banyak waktu sama ortu-nya.
Zafa ama Ben selisih dikit ya ternyata, Zafa Desember ini 4tahun tapi belum aku sekolahin. Karena aku pikir dulu sudha 2th aku tinggal kerja kantoran, cuma tahun depan genep 4,5th dia sekolah.
Di Bali apa-apa juga mahal, hahaha. Ga sebanding dengan gaji UMK kaya beli-beli property gitu, Mbak. Harga kontrakpun udah kaya bayar dp rumah. Cuma di Indonesia kita ga ada kewajiban asuransi jadi kaya di aku malah yang berasuransi aku sama anakkua bapaknyamalah gak. Dan mobil pun sesempatnya atau setahun sekali di bawah ke bengkel buat general checkup.
jadi sebenarnya berumah tangga sih di mana hampir sama ya, mbak wakakkakak
Hai Mayang aku kangen juga sama gajian tiap bulan 😀 .
Hai Niee, di Jerman banyakan yg ngontrak klo beli harga selangit 😀 . Klo kerjanya gaji umr cuma suami kerja ga sanggup dong ya bayar cicilan 2,5 juta 😀 . Iya di tanah air pengeluaran ga terlau besar, eh termasuk utk asuransi jiwa, kesehatan dan mobil kan ga wajib punya ya di Indonesia, klo di Jerman asuransi tuh wajib kudu punya, trus termasuk gaji bisa sampai 40% kena potongan macem2 termasuk utk pajak.
Hai Hani, iya diterima ko “bapak rumah tangga” bbrp hari lalu kubaca artikel di Jerman tentang suami kerja part time, istri full time. Bagaimanapun pembagian tugas rumah tangga yg penting antara pasangan sendiri bisa nerima, nah kalau di asia model bapak rumah tangga belum bisa diterima, bener malah jadi bahan nyinyiran 😀 . Benjamin skrg umur 4,5 thn, maksudnya sekolah dalah taman kanka-kanak 😉 .
Kalau di negara maju kan menjadi bapak rumah tangga acceptable ya, Mbak.
Maksudnya di kehidupan sosial gitu, kalau negeri kita umumnya jika misla istri sukses dalam karir suami yang urus anak orang pada nyinyir padahal kan itu kesepakatan mereka.
Aku nonton Film The Internship-nya Anna Hateway, hehehe
Btw, aku udah berapa tahun ga main ke blog Mbak Nella kok Ben udah sekolah, padahal terkahir baca Ben itu kayanya masih umur 2 atau 3 tahun ya, hehehe
wah ternyata di jerman lebih banyak yang ngontrak ya mbak. Kirain sama dengan di Indonesia yang lebih ke nyicil rumah. Kalau di Indonesia yang aku lihat sebenarnya ngontrak itu lebih murah seh ya, di daerah rumah aku setahunnya cuma 10-15 juta. Cicilan rumah di sini sekitaran 2,5 juta perbulan.
Tapi pengeluaran untuk rumah di sini gak terlalu gede, ya maksudnya tetep juga bayar listrik ledeng tapi ya gak besar. Dan kalau meninggal ada sistem waris yang aku lihat lebih ke metode yang dipake di Islam gitu kalau gak anak laki turun ke adik laki-laki bapaknya bukan ke anak perempuan. Makanya harus banget udah ganti nama ke anak kalau emang rumah mau kita hibahkan.
aku wanita karir yang pengen jadi irt kalo udah merit wkwkwk
tapi mungkin ntar kalo gak kerja bakalan kangen sama suasana kerja 😀
Selain berat, faktor keamanan saja dr yg aku pelajari xmlrpc.php yg aktif bisa jadi lubang masuk utk serangan. Setauku bnyk penyedia host yg telah mematikan xmlrpc.php. juga.Moga2 ada perbaikan dr pengembang.
lifestimecapsule.wordpress.com is no longer available. The authors have deleted this site. url tidak aktif lagi. Update Admin per 16.12.2018
Hai Im, gaji gede pengeluaran juga gede hehe, yg enaknya klo dapat gaji dolar/euro tapi pengeluaran dalam rupiah haha .. kadang klo aku cerita apa gitu di postingan, kukasih tahu kurs dalam rupiah ada aja yg bilang mahal, ya iyalah klo dirupiahkan mahal, tp kan gajinya di eropa juga sesuai dg pengeluarannya 😀 .
Kenapa ga mau pakai Jetpack? kan banyak banget fungsinya plugin tsb. Termausk utk komen2an. Memang sih plugin ini bikin berat krn ya isinya banyak banget pritilannya, termausk klo mau monetasi dg wordads selain pasang adcontrol juga jetpack ini harus dipasang. Yg dulu pernah kulepas akismetnya kupikir bikin komen2 sering ga muncul, termasuk komenku diblog lain sering ga muncul (bukan masuk spam), akhirnya pasang akismet kembali krn antispam lain bentrok dg plugin lain.
Oh begitu ya….iya saya malah penginnya tidak mau pakai jetpack..Ah, nggak selama itu mba. Pas SMP saja mereka sudah mulai “main” sama temannya. Kita sudah bukan seluruh dunia mereka lagi hehehe.
lifestimecapsule.wordpress.com is no longer available. The authors have deleted this site. url tidak aktif lagi. Update Admin per 16.12.2018
Terimakasih postingan ini membuatku makin bersyukur mbak Nell ? beruntung suamiku ada properti sendiri bukan cuma untuk kuta tinggal tp beberapa disewakan. sehingga dg mudah tiap tahun musin dingin kita bisa 2bulan penuh liburan ke tanah air ? di inggris sini pulau kecil sewa flat jg muahal £700 kalo di kota mah £1000 ke atas, para bule hunter tuh kudu baca postingan begini biar gak mikir bule is money ? mmg gaji bule kalo di rupiahin ya gede tp biaya hidup di yurop mehong ? iya kan…
Tergantung kerjanya dimana kak, kalo di pabrik ikan, waitres di restoran sama cleaning service nggak mesti lancar bahasa Danish. Karena tuntutan di kontrak integrasi itu tadi, jadi mau nggak mau ya kerja.
Enak ya, setahun udah dpt. Temanku yg udah 8 thn disini blm bisa apply krn blm memenuhi syarat yaitu byr pajak dan kerja.
Sekarang lbh diperketat lg buat dpt
Hai Yosefin dulu pas ambil kurus B2 eh aku hamil, bubar jalan kursusnya, kalau B1 yg diwajibkan pemerintah sdh lama selesainya. Iya kalau dikota kecil macam ditempatku juga ya harus bisa bhs Jerman 😀 . Aminnn semoga terwujud ya satu persatu 😉 .
Hai Dew kalau belum bicara Bahasa Dansk apa mudah dapat kerjaan disana?, atau bisa pakai bhs Inggris?. kalau di Jerman permanent residence card nya dapat setelah setahunan, dalam setahun tersebut sdh harus lulus kursus integrasi sampai B1 nih wajib, kalau ga bisa bhs Jerman susah dapat kerja disini, kecuali klo di kota besar spt Berlin, munchen dll yg banyak org asingnya ya byk perush terima kary pakai bhs. Inggris.
Di Denmark kita sebagai pendatang dituntut untuk bisa bekerja. Karena tuntutan untuk apply visa permanent kak. Itulah susahnya disini. karena kalau belum pernah bekerja (minimal 3.5 tahun) dan bayar pajak sejumlah amount yang ditetapkan pemerintah, maka jangan harap bisa dapat visa permanent. Mau tak mau harus kerja. Kerja apapun, biar cantik catatan di kontrak integrasinya.
Kalau tinggal di rumah atau di kontrakkan, di Denmark justru beli rumah jauh lebih murah cicilan perbulannya dibandingkan bayar uang sewa kontrak perbulannya. Apalagi kalau di kota besar kayak Copenhagen, omg bayar uang sewa flat kecil aja bikin sesak…ha ha ha….
Owww owww senasib kita kak Nel. Sekarang lgi menikmati ngasuh Kathleen. Dikel suamiku semua kerja kak bgtu juga mama mertuaku msh kerja smp skrg wl part time. Aku jga mau kerja kl pas kathleen masuk sek opo wae lah kak, krn sadar kemampuan bhs jermanku blm ok n aku jga tgl dikota kecil, slm bsa pnya uang sdri harus dicoba. Thats also my dream kak pnya rumah sdri semoga bsa sesuai plan walau ga tau gmna nanti. Dinikmati aja usaha n berdoa yg ptg semua sehat so bsa terwujud satu persatu sesuai kemampuan. Grüße
Hai mba Kayka, apalagi daku ya nantinya, apa masa tua balik ke tanah air kali haha ga tahu deh. Ada sih bbrp pasangan Indonesia – Jerman memilih menghabiskan masa tua di Indonesia, ada juga di negara lain di eropa yg lebih sedikit biaya hdiupnya, spt di Kroatia, pernah ku tonton liputatnya di tv. Bener mba rejeki sdh diatur yg diatas, semoga baik buat kita yaaa 😉 Btw makasih ya untuk sharingnya 🙂 .
Hai MaRePa, nah nih soal tetangga juga banyak kasus2 unik loh di Jerman, yg mana sampai ke pengadilan gitu, yg masih kuingat soal lonceng sapi yg menggangu tetangga. Tuh sapi2 klo jalan jd berisik bunyi ding ding loncengnya, emang sih ada bbrp orang Jerman reseh saat tidur dengar bunyi2 aneh, tetangga bawah rumahpun minggu lalu datang katanya dia dengar bunyi2 yg mungkin dr balkonku, lah ku cek kaga ada apapun menggantung di pagar balkonku.
Soal mobil pritilan kecil2 dikumpulin 2 tahun jadinya biayanya gede. Trus pajak di Jerman sini kan gede 19%, jd itu total termasuk pajaknya, suami ga mau pergi ke tempat ga resmi gitu. Tahun depan sih mending kita uji kelayakan dulu, setelah dikaish tahu rusaknya dimana baru ke bengkel, klo 4 thn belakangan (2x tes) selalu kasih ke bengkel dulu, ngetesnya belakangan, jd yg sebenarnya ga perlu/urgent di benerin ya dibenerin juga 😀 . Btw makasih ya MaRePa untuk sharingnya 😉 .
Btw ttd pra nikah itu bahkan bukan suamiku yang mau… tapi orang di sekeliling dia… sebenernya lagi galau masalah itu tapi syukurlah suami ngerti posisi aku sebagai istri jadi dia juga gak mau ttd
Hahaha…
Iya kak, sama-sama kak.
Tapi berkaitan dengan tulisan kakak dan penilaianku, sebenarnya aku masih menilai dari luar aja sih kak.
Belum merasakan yg sebenarnya.
Beneran mbak karna aku mengalami ?? tapi aku gak mau ttd karna yang dirugikan selalu pihak yg emang gak punya duit ? (ya ialah kan aku mengabdi pada keluarga jadi gak kerja, mana di Jerman lagi)
Iyaaa niatnya pengen beliin kado natal tapi klo pake duit suami pasti lucu ?? jadi diputuskan gak kasi hadiah ?
Baik2 mbak ? udah sampe A2.1 nanti klo ada waktu luang aku tulis di blog ?
Hai Sus haha iyaaa bener tuh “menghindar” ributnya anak kecil. Jadi ibu dirumah ga melulu enak sih, mood kadang naik kadang turun juga alias bete aja menghadapi itu itu lagi dg 2 anak 😀 . Untung sih si Ben 6 jam di TK, bisa sedikit nafas deh 😉 . Makasih yaa komennya 😉 .
Hai Anna, omg beneran ada kasus begitu ya?? kalau mau tanda tangan berarti sudah harus ngerti bahasa Jerman dulu ya, ga asal tanda tangan ga tahu isi surat kontraknya. Bener Ann klo kerja punya duit sendiri bisa beli yg kita mau ya, beli kado buat suami juga bisa, lah nih bapaknya anak2 ultah aku beli kado juga pakai duit dia haha.. sdh bbrp thn belakangan dia ga mau di kadoin sih. Btw bgm kurus integrasi kamu?, cerita2 di blog ya pas ada waktu 😉 .
Makasih ya Fitri anita 😉 .
Selalu suka baca postingannya mba..
Hallo Mbak Nella, postingannya emang selalu oke dan menarik untuk dibaca ??
Hadeh klo untuk kasusku ya mbak mending kontrak rumah/apartemen aja karna klo beli ujung2nya istri di suruh tanda tangan perjanjian pra nikah biar nanti pas cerai istri rumah tangga kagak dapet bagian ???… inipun yang suruh tanda tangan bukan suami tapi pihak2 yang lain… duhhh sesaknya hatiii ini ??
Aku niatnya juga pengen kerja loh mbak, kan lumayan bisa bebas belanja + gak usah bilangan sama suami lagi, tapi yah apa daya mungkin belum rejeki jadi ya masih bergantung sama suami dulu
Waah kak…
Agak dilema juga sih ya pilihan bekerja dan tidak berkerja ini. Kalau mengikuti hati sih, memang lebih enak tetap bekerja, punya duit sendiri, kerjaannya jelas, dan bisa sedikit ‘menghidar’ dari ributnya anak kecil.
Tapi, juga mengikuti hati yg lain lagi, pengennya dirumah. Bisa fokus merawat anak dan rumah, lebih capek memang tapi juga lebih percaya karena semua dibawah pengawasan langsung, lebih aman karena banyak layanan penitipan yg semena-mena, juga gak ngerepotin orang tua. Masak iya dari kecil kita dirawat orang tua sampai anak kita pun masih dirawat orang tua.
Tapi mau gimana, kehidupan yang makin mahal nuntutnya banyak banget.
Yaaahh, mudah-mudahan kakak dapat kerjaan yang cocok, yang bisa dikerjakan dengan tidak meninggalkan pengawasan ke keluarga, terutama ke Ben dan Lisa.
Hehe
Hai Prue transportasi di tempat kita juga bagus sih, kalau kerja atau suami sekolah (seminggu dalam sebulan) seringkali naik bus dan kereta. Mobil kepakai kalau belanja bulanan, pergi jauh, atau buat hal urgent deh. Mobil ini dulunya pemberian bapaknya suami, sdh tua sih namun mesinnya maish bagus, ya memang pritilan kecil2nya klo dikumpulin 2 thn jd gede biaya pemeliharaannya 😀 .
Kota besar memang gile gilean deh sewa rumah, itupun juga mungkin susah ya carinya. Kadang2 ditempatku aja orang2 kesulitan cari kontrakan, sampai asal sembarangan aja nempel iklan cari rumah 😀 . Makasih Prue buat curhatnya 😉 .
Makasih bu Pri, iyaa semoga daku nantinya bisa berkarir, skrg ngurus 2 bocah dulu dan berkebun juga 😉 .
Menikmati paparan Jeng Nella tentang berbagi tugas memenuhi kebutuhan dalam keluarga di Jerman. Keterbukaan dan diskusi realistis jadi jawabnya.
Lah sumbangsih Jeng Nella jadi ratu rumah tangga yg memastikan setiap penghuni rumah merasa happy masih bonus berbagi bagi kami pembaca blog.
Saatnya akan tiba Jeng Nella terapkan ilmu farmasi dalam bidang kerja.
Ups jadi komen panjang hehe
Halo mba Nella.. artikel yg ini menarik sekali.. jd pgn komen hihihi ?
Bener mba.. biaya maintenance mobil di Jerman mahaaal banget, makanya suami ga mau beli mobil meski punya SIM. Kalo mmg mendesak ya sewa mobil aja. Syukurlah tinggalnya jg di Munchen jd transportasi publiknya oke.. kmn2 asal didalam kota msh bisa dijangkau dgn cukup mudah. Tp mgkn ceritanya beda lg kalau tinggal di kota kecil yg transportasi publiknya susah… mobil pribadi wajib punya kali ya…
Iya mba.. mmg galau kalau memikirkan pensiun dgn uang yg nggak seberapa itu.. suami jg sudah blg sejak awal kalau kita nggak bs bergantung ama uang pensiun dia disaat tua nanti, makanya dari skrg kita sdh plan utk rencana masa depan. Dan banyakan fokus utk investasi di Indonesia krn harga propertinya yg lbh terjangkau. Di Jerman klo mau beli properti mahalnya mmg minta ampuuun.. apalagi di Munchen.. harga2nya bikin shock! Mau kredit pun sampai 40 thn, dan itu jg pasangan suami-istri hrs kerja.. waduh.. ?
Wah.. kalau saya tipe wanita karir mba.. jd memang susah kalau nggak bekerja dlm jangka waktu lama. Krn itulah kalau udah punya baby, kita prefer utk membesarkan anak di Indonesia at least 2-3 thn pertama krn ada orangtua sy yg bisa bantuin jaga anak saat sy kerja.. itulah mba.. di Jerman mmg lbh susah krn mertua nggak bisa diandalkan utk sering2 bantuin kita ?
Tapi kalaupun hrs pindah ke Munchen saya tetap bakalan kerja meski gaji suami sbnrnya cukup… mungkin apply postdoctoral sblm pindah kesana… krn kalau nggak kerja saya bisa galau setiap hari dirumah ? tiap2 orang mmg beda ya.. tergantung msg2 pribadinya jg..
Eh kok jadi curhat ??
Saya juga tinggal disalah satu negara eropa barat, temen-temen suami emang ada yg ngontrak-ngontrak gitu; tapi ada tuh temennya yg nyesel cuma ngontrak. Alasan dia nyesel cuma ngontrak rumah karena dianggap cuma buang-buang uang nggak ada hasil akhirnya. Soalnya kan kalo beli rumah biarpun dicicil tiap bulan tapi hasil akhirnya ada wujudnya yaitu rumah. Bayar cicilan rumah kan bisa sampe 30 tahunan tapi setelah itu punya rumah atas nama sendiri. Alesan org cuma ngontrak nggak mau beli rumah katanya belum tentu sama cocok sama tetangga sebelah. Soalnya kan kalo udah beli rumah nggak bisa seenak udel pindah. Ada tuh tetangga dekat rumah, mereka marah-marahan karena soal pohon doang. Nggak ngerti juga kok bisa juga itu terjadi di negara bule. Terus suami bilang; wah itu mah buanyak banget kayak begitu tetangga ribut krn masalah sepele trus suami bilang lagi malah ada tuh tetangga yg lain lagi krn soal cerita gosip aja hubungan jadi renggang diantara sesama tetangga.
Benerin mobil sampe 3500 euro ? Muahal bangettt….
Kalo kata suami saya, mobil jerman biarpun yg second tetep mahal makanya suami beli mobil korea atau jepang aja yg agak ramah dikantong tapi tetep tokcer. Suami punya strategi soal mobil, dia beli mobil korea/jepang yg second yg usianya 5 tahunan terus sekitar 3 atau 5 tahunan kemudian diganti lagi. Krn setahu saya suami paling nggak mau banget ngeluarin uang utk benerin mobil.
itu dia mbak nel tema pensiun pas-pasan memang suka bikin kepikiran ngebayangin nanti pensiun gimana. saya sendiri awal tahun depan udah lima tahun kerja vollzeit disini jadi udah bisa dapet Anspruch auf die Gesetzliche Rente. nah Gesetzliche Rente ini prakteknya gak bakalan cukup jadi harus punya private Renteversicherung juga. kolega saya yang udah kern puluhan tahun aja suka ribet ngebayangin nanti kalau pensiun cukup apa enggak, waduh gimana kita yang belum itungan tahun kerja disini? yah gimana nanti aja ?? saya tetap percaya rezeki itu udah diatur oleh yang diatas. but yang beginian gak bisa didiskusikan sama orang sini, dibilang bala-bala deh ???
Oh ic,ic,ic.. seperti itu toh penyebabnya :D. Semacam trauma yang mendalam.
Hai Phebie, masih lama sepinya di aku sih hehe 😀 ; Pas anak2 sdh kuiah tuh yaa bakalan sepi kali yaa 😀 . Iya aku pakai jetpack yg premium, sampai feb thn depan aja, ga perpanjang lagi, kupikir hasil wordads (WA) akan lebih baik, eh ternyata sama aja, pdhl premium ini aku bayar Rp.1,5 juta klo dirupiahkan. Memang sih ada service back up blognya, cuma klo mau diperhitungkan dg hasil WA, tekor banget ga nutup biaya tahunan jetpacknya.
Hai Raya, ga wajib juga sih orang Jerman pengen punya rumah, tp bukan berarti ga ada yg mau punya ya. Jerman dulu ikut perang dunia ke dua, porak poranda dimana-mana, makanya salah satu penyebab orang2 Jerman ga mau beli rumah, kuatir klo sampai terjadi perang lagi, trus rumah ikutan hilang, hancur lebur. Iya benerlah demi anak semua diperjuangin, kalau seblum anak memang sdh kerja, ya lanjuttkan kerja 😉 .
Hai Adhya akupun juga ingin kerja, karena dulu pas ditanah air juga kerja, enak punya duit kan, bisa beli yg kita mau hehe, sama spt kamu krn anak masih kecil2, ya ngalah dulu deh 😀 .
nulis panjang begini bisa berhari-hari mami haha 😀 . Pas tengah malam nulisnya, seringnya sih belakangan tidur bareng sama Lisa jam 21, tp klo jumat dan sabtu kan besoknya ga antar Ben TK bisa lamaan internetan.
Ko bisa panjang bgtu ceritamu emang nya Lisa ga gangguin apa pas lagi tdur kale ya trus ben nginap di rmah oma nya ya?
seperti biasa mbak Nella kalo bikin postingan menjawab satu pertanyaan selalu lengkap,padat dan contoh2 yang diberikan jelas adanya?. suka banget bacanya sampe abis baru sadar yaaah udah abis tulisannya padahal masih pengen baca lagi?.
saya sebagai ibu rumah tangga di indonesia juga pengen bekerja tp berhubung anak masih kecil tunggu anak agak gedean kayaknya baru bisa leluasa cari kerja, itupun krn suami bekerja dari rumah jadi lebih memungkinkan utk saya bisa bekerja di luar rumah?
OMG mak ben, aku terkesima dengan tulisanmu di atas. Kalau orang Indonesia biasanya wajib punya rumah sendiri :D..
Tingkat kecelakaan di jerman menurun dong ya kalau pemerintahnya mewajibkan cek up kendaraan setahun 2x. Artinya angka kematian akibat kecelakaan bisa di turunkan.
Andaikan di Indo juga demikian, pastinya korban kecelakaan kendaraan umum akibat ban yang gundul bisa terminimalisir, hehehe 😀
.
.
Btw harga anak sekolah di Jerman sama disini samaaa. Sama mahalnya! hahahaha. Tapi demi anaklah yaaaa, apa sih yang kagak bisa diperjuangkan! Eaaaaa..
Ga terasa ben sudah Sekolah ajah…
Padahal baru kemarin rasanya proses kelahirannya diceritain 😀
Mending beli tanaman daripada… mba Nella banget. Akan ada masanya bekerja kalau anak2udah gedean mereka lebih banyak di luar dan rumah akn sepi. Btw mba maaf blognya pakai jetpack nggak maaf oot..
lifestimecapsule.wordpress.com is no longer available. The authors have deleted this site. url tidak aktif lagi. Update Admin per 16.12.2018