Jadi Istri Sekaligus Penjaga Cafe
Oleh: Yuyu A.N. Krisna Mandagie
LAREN- Masih tersisa gurat-gurat kecantikan di wajah Safira. Dulu memang perempuan ini cantik. Selain cantik, dia juga luas pergaulannya. Sudah sembilan tahun dia di Belanda karena menikah dengan Johann, laki-laki Belanda pemilik cafe di Laren, sebuah kota mirip Paris kecil di Belanda. Di kota ini kita bisa menjumpai butik-butik dari merek-merek terkenal.
Tetapi yang paling terkenal adalah festival jazz yang diadakan setiap tahun dengan dihadiri oleh pemusik jazz Belanda dan negara-negara lain. Walaupun tidak sebesar North Sea Jazz yang setiap tahun diadakan di Den Haag.
Pencinta jazz dapat menikmati “musik pembebasan” ini di cafe-cafe yang ada di kota ini. Di sini ada sebuah Museum Singer terkenal yang sering menyelenggarakan pameran seni dan lukisan. Pameran lukisan dan seni, festival musik jazz silih berganti diadakan di kota ini.
Penduduk Laren umumnya adalah kaum the haves. Itulah sebabnya mereka memiliki rumah-rumah yang besar dan bagus. Di kota yang mungil dan indah inilah Safira hidup bersama suaminya Johann, pengusaha sebuah café kecil di pinggiran kota.
Ketika aku bertemu dengan Safira ada kesan dia agak sombong ketika itu. Yang aku ingat adalah pertanyaannya yang arogan, “Kok kamu bisa ke Belanda? Kawin sama Belanda ya?”. “Oh tidak, suamiku bukan orang Belanda. Suamiku orang Indonesia,” jawabku.
“Kok bisa tinggal di Belanda?” jawab Safira. Aku pun menjawab, “Ya bisa saja, kenapa tidak.” Itulah awal perkenalanku dengan Safira. Hari itu dia pulang menumpang mobilku. Aku bisa mengerti mengapa Safira bertingkah agak sombong. Mungkin dia melihat penampilanku yang biasa-biasa saja. Safira pasti mengukur diriku dengan keadaan dirinya. Kalau tidak kawin dengan Belanda, mana mungkin seorang perempuan Indonesia tinggal bertahun-tahun di Belanda. Wow picik benar.
Selanjutnya kami mulai bersahabat. Karena jarak antara Laren dan Hilversum tidak begitu jauh, maka hampir setiap hari Sabtu Safira datang ke rumahku. Ia selalu berceritera tentang hal-hal yang mewah, yang tinggi. Tanpa malu-malu Safira dengan polos berceritera mengenai keadaannya dulu di Indonesia.
Tatkala hotel berbintang mulai dibangun di Jakarta, Safira sudah bekerja di hotel berbintang 5. Tetapi karena ulahnya sendiri, ia masuk ke kamar tamu hotel. Tidak tanggung-tanggung, tiga bulan lamanya. Pihak manajemen hotel pun bertindak. Safira dipecat dari pekerjaan Dia merusak citra dan reputasi hotel berbintang itu.
Safira kehilangan pekerjaan, tetapi untunglah laki-laki Inggris yang telah hidup bersama Safira selama tiga bulan melanjutkan hubungan mereka. Safira dikontrakkan rumah di daerah Jakarta Selatan. Tiga tahun kemudian, si Inggris kembali ke pelukan istrinya di London, lalu Safira harus keluar dari rumah kontrak hanya dengan satu kopor baju.
Safira tidak mendapat apa-apa dari “suami” musimannya itu. Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, karena segera Safira mendapat laki-laki Belanda yang kemudian menjadi suaminya. Safira dan Johann kawin di Negeri Belanda. Dia berharap perkawinannya dengan Johann dapat mengangkat kehidupannya dan keluarganya di Indonesia. Tetapi apa yang dialami adalah sangat jauh dari harapan.
Seragam Koki
Kehidupan Safira dari hari ke hari sungguh memprihatinkan. Pagi-pagi pukul 07.00 Safira sudah bangun. Memeriksa freezer (lemari pendingin beku), apa ada yang kurang dan perlu dibeli hari itu. Pukul 09.00 dia harus berbelanja ke groot handel (pusat grosir) khusus bahan makanan.
Pulang dari groot handel, dia harus membuka cafe pada pukul 12.00. Sesudah itu harus berdiri melayani permintaan di bar, sampai pukul 22.00. Sementara suaminya hanya membantu pada malam hari, kalau sedang tidak ada pertandingan bola. Bila musim pertandingan, jangan harap Johann ada di cafe. Dia akan mengikuti kesebelasan kesayangannya Ajax main di mana saja.
Tetapi Safira tetap menutup apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan rumah tangganya. Perempuan ini hampir tidak punya gaun biasa untuk dikenakan tatkala berkunjung ke rumahku. Dia selalu memakai seragam koki. Hari itu di rumah ada perhelatan. Safira datang dengan seragam koki, sementara ibu-ibu lainnya berpakaian cukup rapih dan modis.
“Fi, apakah kamu enggak punya baju bagus, kok pakai seragam koki? Ini pesta, lho Fi,” tanyaku pada Safira. “Aku nggak punya baju lain,” jawab Safira jujur. Dia lupa membohongi aku. Guna mengelabui mata para tamuku, Safira tidak pernah keluar dari dapur. Dia menyibukkan diri. Selama pesta berlangsung Safira tetap di dapur. Hari lain, aku mengajak Safira ke Amsterdam naik kereta api. Kali ini Safira memakai legging hitam dan kaos oblong putih dengan tulisan reklame seven up di dadanya.
Aku pun mengimbanginya dengan memakai pakaian sesederhana mungkin. Setelah melihat toko-toko di Kalverstaat-Nieuwendijk aku mengajaknya makan di Chopstick restoran Cina langgananku di daerah red district Zeedijk. Kami memesan suikiau yaitu sup pangsit udang yang menjadi trade mark Chopstick.
Safira menikmati makan siang di restoran itu dengan lahapnya. Aku kasihan melihat perempuan ini, cara makannya seperti orang kelaparan. Mungkin memang dia lapar sekali, atau mungkin dia tidak pernah menikmati makanan seperti ini selama di Belanda. Badan Safira menjadi makin tambun. Pernah beberapa hari Safira sakit pada kaki. Akhirnya dia harus memakai sepatu khusus. Kakinya sudah tak kuat menyangga badannya yang makin berat. Dan mungkin saja kakinya sakit karena kecapaian berdiri sepanjang hari melayani tamu-tamu di cafenya.
Selama berkenalan dengan Safira, baru satu kali dia membawa suaminya Johann ke rumahku. Itulah kehidupan Safira, tak ubahnya seperti seorang pembantu yang bekerja banting tulang. Dalam hati aku sering bertanya, “Apa yang kau cari, Safira?”.
Bagian 6 Kawin dengan Suami Cacat- Kisah-kisah Kawin Campur yang Tragis
Artikel sisi gelap Perkawinan Timur Barat pernah di muat media online sinarharapan.co.id sebagai tulisan bersambung, sayangnya linknya tidak bisa dibuka lagi yakni sinarharapan.co.id/berita/0507/19/sh09.html .
Mengapa semua kisahnya di Belanda, ya karena Yuyu A.N. Krisna Mandagie sebagai penulis dan keluarganya dalam beberapa tahun tinggal di Belanda.
Bagian 1 Pramugari Garuda – Kisah Kawin Campur yang Tragis
Bagian 2 Rahasia Sebuah Lemari – Kisah-kisah Kawin Campur yang Tragis
Bagian 3 Aku Kesengsem pada Lelaki Itu – Kisah-kisah Kawin Campur yang Tragis
Bagian 4 Mayat Nike Terpotong-potong – Kisah-kisah Kawin Campur yang Tragis
Sangat mengesankan. Saya pikir hal2 seperti ini dapat memjadi referensi dalam memjalani hidup dan kehidupan. Biarlah orang lain mengalami suka duka kehidupan dan jalannya hidup dan kehidupan. Kita mencari kemanfaatan bagi hidup dan kegidupan kita masing2. Amin
Benar juga mbak 🙂 . amin hehe
Positif thinking yukk Risma akan mendapat yang terbaik ;).
Hiks, hiks… saya baca tulisan diatas pelan-pelan seolah tak percaya. sedih 🙁
Kasihan Ningsih, Lala, dan Safira…
Saya belum menikah dan masih belum mengerti tentang pasangan hidup ideal. Menakutkan sekali bila mendapatkan pasangan hidup yang setiap hari hanya melukai perasaan. Hmmm
Iya Dani, nantinya total ada 13 kisah sedih semua :(.
Masih sedih bacanya Mba Nella.
Benar sekali mbak Tami, sebisa mungkin tidak tergantung pada orang lain ya :).
Terima kasih kak Monda :).
Saya akan coba ganti tema deh ya kak yang tulisannya lebih besar :).
Saya sering dipesankan oleh Ayah saya, supaya jangan pernah bergantung pada orang lain. Walaupun sbg perempuan ada saatnya harus bergantung pada suami, yang namanya nyawa bisa dicabut dan hati bisa berubah. Krn itu sangat penting untuk punya ketrampilan utk hidup mandiri. Kalau ikut apa kata film: always have a contingency plan.
Nella…aku kok kesulitan ya baca tulisannya…
huruf2nya nggak terlalu jelas, apa karena latarnya yang cerah ya..
maklum mata lansia nih…
happy fisrt anniversary ya..
semoga selalu kompak dan bahagia
Harusnya kalau kita mendapat perlakuan tidak baik, ya bijaknya tidak mengulangnya ke orang lain ya. Terima kasih mbak Kayka sudah berbagi :).
Sementara ada pendapat yang belum tentu benar, yaitu bahwa perempuan Indonesia menikah dengan bule karena sulit mendapat pasangan laki-laki Indonesia, berhubung syarat untuk menjadi istri orang Indonesia sangat berat.
saya termasuk yg kurang beruntung mendapatkan pasangan orang indonesia. mantan terakhir saya anak tunggal yg sangat dekat sekali dgn ibunya. tadinya saya pikir saya beruntung tapi pelan2 saya mulai melihat kecenderungan si mantan ibu mertua ini untuk memperlihatkan pengaruhnya yg besar thd anaknya dengan kerap membuat anaknya hrs memilih antara saya dan dia. drama queen, bukan situasi yg menyenangkan yang pada akhirnya menggerus keinginan saya utk berumah tangga dengannya. saya menyerah dan melanjutkan hidup saya, tidak ingin berdiri diantara dia dan ibunya…
wanita…wanita… mudah lupa dan tidak ingat bagaimana rasanya diperlakukan buruk oleh ibu mertua malah meniru dan meneruskan kebiasaan tsb.
Tidak ada lanjutannya Nin, berikutnya tokoh lain lagi.
Iya mbak Ayyu kita harus selalu waspada ya ;).
Mbak nela.. yang safira masing ada sambungannya?
oke, jadi harus waspada ya kalo gini 🙁 thanks ya mba untuk sharingnya..