Cerita Mama ke Jerman Tanpa Pendamping

Cerita Mama ke Jerman Tanpa Pendamping ini sebenarnya sudah basi, karena mama saya sudah berada di tanah air kembali. Saya berpikir ulang walau basi, mungkin saja ada yang memerlukan pengalaman mama saya kan yaa 😀 .

Mama saya usia 58 tahun, pergi tanpa pendamping. Tujuan Jerman (bandara Frankfurt Am Main). Hanya bisa Bahasa Indonesia.

Tiket mama sudah dibeli sejak akhir Januari 2014, rencana keberangkatan 5 Juli 2014. Mama datang dalam rangka saya mau lahiran, jadi supaya ada yang bantuin saya. Sebenarnya nekad ya beli tiket padahal visa belum diurus, kalau visa ditolak bagaimana? 😛 .

Bulan Januari sedang ada promo tiket Lufthansa, saya bilang ke Frank nanti dululah saya pikir-pikir dulu. Nah tuh kelamaan mikir seminggu, pas sudah mantap harganya mahal jadi naik. Hari itu tidak pikir panjang lagi langsung beli tiketnya (secara online di web Lufthansa, bayar pakai kartu kredit).

Berangkat 5 Juli 2014 dari bandara Sukarno Hatta, jam 19 :35 . Terminal 2 untuk keberangkatan luar negeri. Kelas ekonomi bagasi yang diperbolehkan 23 kg, bawaan ke kabin 7 kg. Transit di Kuala Lumpur sekitar 1,5 jam.

Biasanya Lufthansa transitnya di Singapur, nah sepertinya ada rute baru, jadi tidak lagi transit di Singapura, melainkan di Kuala Lumpur (KL) entahlah kalau sekarang ya. Beruntung juga sih transit di KL kan masih rumpun melayu jadi kalau mama butuh bantuan mungkin masih ada orang yang bisa bahasa Indonesia, ketimbang kalau di Singapur, mama tidak bisa bahasa Inggris.

Visa mama saya akhirnya keluar juga lap keringat baca Cerita Mamaku Ngurus Visa Schengen Sendiri. Saya sempat tidak bisa tidur mikirin tuh visa ko lama keluarnya. Akhirnya 9 hari sebelum keberangkatan visa diambil mama. Soalnya tiket sudah dibeli 6 bulan sebelumnya, kalau ditolak bagaimana nasib tiketnya? kalau disetujui kira-kira apakah 90 hari yang diminta disetujui? hanya punya waktu kurang dari 2 minggu untuk ubah tanggal keberangkatan kalau misal durasi tinggal di Jerman tidak sesuai permintaan. Puji Tuhan lancar, sesuai tanggal yang kami minta masa berlaku visa 90 hari (5 Juli sampai 2 Oktober 2014).

24 jam sebelum keberangkatan saya lakukan online check-in jadi boarding pass mama sudah keluar, lalu saya email ke adik saya di Jakarta minta diprint dan kasih mama. Online check-in begini bisa menyingkat waktu, jadi tidak harus 2 jam sebelumnya check-in di bandara. Saya juga pilihkan (ubah) nomer bangku mama. Sebenarnya di tiket sudah tertera nomer bangku, namun kalau kita mau ganti masih bisa ketika online check-in. Saya pilih bangku yang dipinggir jalan, jadi mama mudah kalau mau keluar (misal ke toilet), kalau pas dapat bangku di tengah, repot minta permisi ke penumpang disebelah, apalagi kalau disampingnya bule halahh mama hanya bisa bahasa Indonesia.

Hari H mama diantar kedua adik saya Roy dan Andre. Andre pakai baju seragam kantor (BUMN) karena dia minta izin petugas, akan masuk bantuin mama angkat koper sampai counter check-in. Sebenarnya pengantar dilarang ikut masuk, tapi coba pikir bagaimana mamaku harus angkat koper 25 kg dua kali? 🙁 .

Repot ya bandara di Jakarta ini, masa pengantar tidak bisa ikut sampai meja check-in?. Bayangkan mereka yang sepuh (lanjut usia) kalau pergi seorang diri. Harus 2 kali angkat koper yang berat. Pertama pas masuk ruangan check-in, angkat koper ke ban berjalan, lalu angkat koper kedua kali di counter check in.

Saya saja yang masih muda (ceilehh muda 😛 ) waktu pertama kali ke LN rasanya tulang remuk mengangkat koper lebih dari 20 kg seorang diri. Mau berlibur ko malah remuk tulang 😥 .

Semoga kalau ada petugas bandara Soetta bandara tulisan saya ini. Mohon diubah sistem dibandara dong, supaya penumpang bisa diantar hingga ke counter check-in, atau paling tidak ada petugas yang bertugas angkat-angkat koper penumpang hingga ke meja check-in. Buat apa itu pajak Bandara Rp. 150.000??? kalau kenyataannya pelayanannya mengecewakan?.

Di Eropa (Swiss, Belanda, Jerman saya baru pengalaman di sini) semua orang bebas berlalu lalang hingga ke counter check in. Toh nantinya ada loket/bagian imigrasi yang harus dilalui penumpang. Nah pengantar stop sampai di situ.

Perlu diketahui ya, maskapai Lufthansa ini super ketat mengenai berat bawaan penumpang. Di tiket ditulis 23 kg (ekonomi) harus 23 kg tidak boleh lebih dan harus 1 koper. Bawaan ke kabin 7 kg. Kalau ada tentengan lain ke kabin silakan saja boleh ko, asal siap-siap repot nenteng 😛 .

Koper mama 25 kg, setahu saya kalau dari Jakarta masih agak longgar, dikasih lebih, namun kalau berangkat dari Jerman jangan harap dikasih lebih, tidak boleh lebih sedikitpun. Pengalaman kedua sahabatku Maria dan Gini Oktober 2012 mau kembali ke tanah air, total kelebihan koper mereka berdua 24 kg. Jadi mereka 3 kali bongkar koper di bandara, mengeluarkan banyak barang supaya koper benar-benar pas 23 kg per orang. Makanya kalau jalan-jalan belanjanya jangan kalap ye 😛 . Hari itu Frank dan saya pulang dari bandara membawa banyak sekali barang-barang Maria dan Gini.

Lanjut ke ceritanya mama (masih panjang nih, ambil kopi dulu gih atau cemilan hehe).

Mama transit di KL selama 1,5 jam. Pesawat dari Jakarta hinga ke Jerman sama LH783 . Mama cerita, penumpang harus keluar dari pesawar dan membawa semua barang bawan dari kabin. Pengalaman saya dulu terbang dengan Malaysia air, transit di KL tidak turun ko. Ada penumpang turun ya silakan turun, ada yang naik ya ditunggui naik, yang mau lanjut ya tidak perlu turun, santai saja didalam pesawat.

Ribet ya si Lufthansa, ngerepotin orang saja. Katanya sih pesawatnya mau dibersihkan. Lah memang pas di Jakarta tidak dibersihkan tuh pesawat?.

Di jadwal mama tertera akan sampai bandara Frankfurt jam 06 :40 waktu Jerman tanggal 6 Juli. Jadi sehari ya naik pesawat hehe. Berangkat 5 Juli tibanya 6 Juli. Tepatnya terbang 14 jam, tepos dah pantat, panass 😛 . Kalau bisa bahasa Inggris asyik bisa nonton tv di depan bangku. Lah mama manyun deh, mikirin yang indah-indah aja kali ya pas sampai Jerman mau ngapain 😉 .

6 Juli 2014 mama melangkahkan kaki di bandara Frankfurt untuk kedua kalinya. Pertama kali tahun 2012 mama datang ketika pemberkatan pernikahan saya datang bersama bapak dan adik saya Roy. Waktu itu bersama bapak dan adik saya datang menggunakan maskapai Qatar, jadi transitnya di timur tengah. Berhubung 2014 ini mama datang seorang diri saya tidak berani pilih maskapai timur tengah karena transitnya sangat amat merepotkan. Turun dari pesawat harus naik bus dan mencari counter check-in berikutnya pusing 🙁 . Selain itu biasannya transit dengan maskapai timur tengah tuh lama sekali, saya dulu pernah 5 jam transitnya.

Saya sudah pesan ke mama “begitu orang-orang mulai keluar pesawat, harus ikutan ya, jangan pakai tunggu-tunggu. Pokoknya ikutan orang satu pesawat sampai lewat imigrasi dan ambil koper. Jangan ke toilet, jalan harus cepat ya. Coba kenali beberapa orang, syukur-syukur ada orang Indonesia jadi kan ada temannya”.

Mama bilang tidak ada orang Indonesia, bule semua. Ah mama masah sih? 😛 . Pramugari pramugara Lufthansa bule juga bisa bahasa Indonesia.

Mama tercinta saya bekali surat sakti dalam bahasa Jerman dan Inggris.

Cerita Mama ke Jerman Tanpa Pendamping

Catatan kecil ini berguna buat mama ketika di Bandara, karena mama hanya bisa Bahasa Indonesia, kalau ada yg tanya-tanya tinggal sodori kertas ini

 

Setiap ada penumpang yang keluar saya perhatikan “ini si mama nyasar kemana yaa ko tidak juga keluar?”.

Menunggu dan menunggu .. terus menunggu mama tercinta …

Dari kejauhan saya melihat mama keluar, mendorong troley besar. Walahh dan bawaannya banyak banget. “.. makkk makkk” saya panggil-panggil tidak mendengar, terus saja si mama berjalan cepat mendorong troleynya. Akhirnya Frank yang mengejar, saya berdiri dan ikutan berlari kecil (saat itu saya hamil besar, sudah hari-hari menjelang lahiran).
Langsung kupeluk si mama. Mata saya berkaca-kaca, antara kangen dua tahun tidak bertemu dan kasihan sekaligus pengen marah “maaakkk bawaannya ko banyak sekali. Bagaimana bawa seorang diri?. Sudah dibilang jangan bawa tentengan banyak!”. Gilee yaa ngomel-ngomellah saya dibandara hahaha.

Jadi mama saya membawa satu koper besar, satu koper kecil yang dibawa ke kabin lalu tas punggung, masih ada plastik isi satu set bantal bayi untuk Benjamin dan jaket mama.

Kalau koper besar pastinya masuk bagasi, jadi yang tentengan kecil-kecil itu yang bikin repot. Mana pas transit harus dibawa keluar pesawat. Mama bilang dia tidak berani naik tangga jalan karena tentengannya banyak takut jatuh, jadi naik tanggalah dia. Padahal tangga di bandara tuh tinggi banget 🙁 .

Ibu dan menantu bule. Sudah 2 kali mama mendarat di Jerman. 5 Juli 2014

Berfoto dululah mak ya supaya ada kenang-kenangan, sudah 2 kali mendarat di Jerman. 5 Juli 2014

 

Sambil mencari jalan keluar, ngobrol-ngobrolah saya dengan mama. Frank yang mendorong troley mama. Mulailah saya introgasi si mama hahaha saya tanya-tanya bagaimana perjalanan mulai dari Jakarta, pas transit dan pas mendarat di Jerman.

Mama cerita:
• Di bandara Frankfurt, mama bilang nyasarlah dia. Katanya “mama sudah ngikutin orang-orang sepesawat keluar pesawat. Lah ko orang-orangnya kocar kacir ke segala arah” hahaha. Nanya ke orang dibilang kesana, nanya ke orang lain lagi ditunjukkin ke sana tuh.
• Akhirnya ketemu loket imigrasi. tepok jidat dulu petugasnya menghambat langkah mama, coba yaa itu surat sakti dari saya pakai diteliti dulu, diperiksa kalimat-kalimatnya dan di koreksi penulisan huruf besar kecilnya. Ampuuunn dah bapak imigrasinya lagi tidak ada kerjaan kali ya?. Wong yang teks Jerman sudah dikoreksi Frank loh. Frank bilang “kenapa yang teks Englishnya tidak dikoreksi sekalian?” 😛 . Sayangnya kertasnya entah keselip dimana, tadinya saya mau scan hahaha.

• Begitu mama keluar loket imigrasi jadi sekelilingnya sudah sepi, sudah sunyi senyap tidak ada lagi penumpang dilihat mama. Anehnya kenapa pula sih mama tidak sms saya, sms sayapun tidak dibalas. Padahal Frank dan saya sudah lama menunggu diluar “ko mama tidak keluar juga, banyak sekali penumpang sudah pada lewat”. Penumpang Lufthansa punya pintu keluar khusus.
• Mama mau cari tempat ambil koper. Dia tanya-tanya orang (petugas) dengan menyodorkan surat sakti dari saya. Mama tiba di bagian pemeriksaan. Lah ini saya bingung dengan cerita mama, kalau lewat pemeriksaan kan yang mau berangkat ke LN ya, klo mau keluar sih tidak ada pemeriksaan lagi. Bawaan di taruh di ban berjalan, mama melewati metal detektor, tuh alat bunyi-bunyi melulu, ternyata mama ngantongin logam 2 euro 😛 . Sama petugas mama diminta keluarkan isi money belt, petugasnya sambil ketawa-ketawa bilang “mone .. money .. money”. Mama tidak bawa banyak uang cash ko, kalau tidak salah hanya sekitar 800 euro. Petugasnya tidak menghitung jumlah duitnya mama hanya dilihat saja. Ada aturannya sih kalau bawa banyak cash harus lapor.

• Setelah tanya-tanya orang lagi, akhirnya mama sampai di tempat ambil koper, yang mana karena sih mama sudah lama sekali dalam bandara, jadi tuh koper mama sudah dipinggirin, jadi mama tinggal ambil sambil tunjukkin tiket ke petugasnya. Kata mama ada satu koper lain yang sudah dipinggirin, jangan-jangan pemiliknya nyasar juga 😛 .
• Mama tidak mungkin angkat koper besar dong ya. Mama sudah tahu harus sewa troley. Jadi sebelum berangkat sudah saya bilang “jangan lupa bawa logam 2 euro untuk ambil troley”. Nah mata mama sudah tidak jelas lagi. Didepan mesin mau masukkan logam 2 euro, mama tidak jelas lihat lobang di mesinnya. Pas ada seorang bapak mau ambil troley juga, si mama kasih uang logamnya sambil tunjuk ke mesin, jadi si bapak mengerti mama mau ambil troley. Jadi ya body language berguna ko kalau bepergian kita tidak tahu bahasa setempat 😉 .

Setelah bertemu Frank dan saya, dan kami sudah dekat parkiran maka troley akan kami kembalikan. Dorong troleynya ke tempatnya, nanti logam 2 euronya akan keluar dari mesin, kita ambil deh.

Peminjaman troley di Bandara Frankfurt. 1 troley masukkan logam 2 euro

Peminjaman troley di Bandara Frankfurt. 1 troley masukkan logam 2 euro

 

Setelah itu bayar parkir. Tarif parkir bandara tuh emang gila-gilaan deh. Hampir 2 jam nih kena 9 euro (sekitar rp. 139.000 ) .

Cerita baliknya ke tanah air bagaimana? tidak kalah serunya 😆 Huahaha. Misalnya sudah tahu kan bepergian dengan pesawat dilarang membawa cairan. Nah mama lupa minum air putih bawa dari rumah saya. Ketika di bagian pemeriksaan, mama tidak rela botol minum tupperwarenya disuruh petugas buang ke tong sampah “mahal bo” 😀 . Tidak boleh hanya buang isinya. Jadi di depan petugas mama minum hampir setengah liter air putih 😛 .

Baca juga:
Tiga Bulan di Jerman, Saatnya Mama Kembali ke Tanah Air
Cerita Mamaku Ngurus Visa Schengen Sendiri
Cerita Keseharian Mama 3 Bulan Bersamaku

89 Comments

  1. Inneke July 14, 2018
  2. Emaknya Benjamin br. Silaen January 30, 2015
  3. arianimartini January 30, 2015
  4. Emaknya Benjamin January 12, 2015
  5. arianimartini January 10, 2015
  6. Emaknya Benjamin November 12, 2014
  7. adhyasahib November 12, 2014
  8. Emaknya Benjamin November 3, 2014
  9. Emaknya Benjamin November 3, 2014
  10. Emaknya Benjamin November 3, 2014
  11. Emaknya Benjamin November 3, 2014
  12. Emaknya Benjamin November 3, 2014
  13. n1ngtyas November 2, 2014
  14. Fascha November 1, 2014
  15. t3ph October 31, 2014
  16. dedy oktavianus pardede October 31, 2014
  17. Emaknya Benjamin October 31, 2014
  18. Emaknya Benjamin October 31, 2014
  19. Fascha October 29, 2014
  20. libertymeivert October 29, 2014
  21. dedy oktavianus pardede October 29, 2014
  22. Emaknya Benjamin October 29, 2014
  23. Emaknya Benjamin October 29, 2014
  24. Emaknya Benjamin October 29, 2014
  25. libertymeivert October 29, 2014
  26. libertymeivert October 29, 2014
  27. Bibi Titi Teliti October 29, 2014
  28. dedy oktavianus pardede October 29, 2014
  29. dhira rahman October 29, 2014
  30. Emaknya Benjamin October 29, 2014
  31. Emaknya Benjamin October 29, 2014
  32. Emaknya Benjamin October 28, 2014
  33. Emaknya Benjamin October 28, 2014
  34. Emaknya Benjamin October 28, 2014
  35. Emaknya Benjamin October 28, 2014
  36. gegekrisopras October 28, 2014
  37. libertymeivert October 28, 2014
  38. dedy oktavianus pardede October 28, 2014
  39. merry go round October 28, 2014
  40. Messa October 28, 2014
  41. Messa October 28, 2014
  42. Pypy October 28, 2014
  43. Emaknya Benjamin October 28, 2014
  44. Emaknya Benjamin October 28, 2014
  45. Emaknya Benjamin October 28, 2014
  46. dhira rahman October 28, 2014
  47. rianamaku October 28, 2014
  48. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  49. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  50. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  51. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  52. ilmiy October 27, 2014
  53. Nandito Silaen October 27, 2014
  54. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  55. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  56. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  57. jampang October 27, 2014
  58. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  59. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  60. Puji October 27, 2014
  61. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  62. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  63. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  64. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  65. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  66. Emaknya Benjamin October 27, 2014
  67. nyonyasepatu October 27, 2014
  68. Clarissa Mey October 27, 2014
  69. Ami October 27, 2014
  70. ysalma October 27, 2014
  71. Arman October 27, 2014
  72. Nandito Silaen October 27, 2014
  73. danirachmat October 27, 2014
  74. ilmiy October 27, 2014
  75. jampang October 26, 2014
  76. Emaknya Benjamin October 26, 2014
  77. Emaknya Benjamin October 26, 2014
  78. Emaknya Benjamin October 26, 2014
  79. Emaknya Benjamin October 26, 2014
  80. kayka October 26, 2014
  81. Puji October 26, 2014
  82. rianamaku October 26, 2014
  83. joeyz14 October 26, 2014
  84. ardiantoyugo October 26, 2014
  85. Dinar October 26, 2014
  86. Adel October 26, 2014
  87. ayanapunya October 26, 2014
  88. prih October 26, 2014
error: Content is protected !!