8 Good Things About My German Husband

8 Good Things About My German Husband. Kalau sebelumnya saya buat postingan dimana isinya adalah hal-hal unik yang kadang menjengkelkan tentang bapaknya anak-anak. (Baca: 7 Kelakuan Unik Suami Jermanku yang Bikin Makin Cinta). Maka kali ini adalah kebalikannya.

  1. Kalau saya pegel-pegel punggung atau tulang ekor sakittt 😥 . Misal salah angkat sesuatu yang berat (seringnya salah angkat pot tanaman! Haha bandel) nah dia yang kuminta mengolesi Counterpain. Kadang tanpa saya minta, dia lihat saya meringis, maka dia segera menawarkan apakah mau diolesi krem dan dipijat. Ngolesin krem nya pakai sarung tangan karena dia tidak mau tangannya bau krem. Kan bahan aktif krem ada mentol yang membuat hangat dan agak bau gitu ya. Kalau menurutku bau Counterpain enak ko. Namun namanya selera ya beda-beda. Nyium minyak telon aja dia mabok dikira minyak si nyongyong kali ya haha. Kalau Lisa lagi kedinginan, atau masuk angin saya olesi minyak telon. Kalau Benjamin karena sudah agak besar saya olesi dengan kayuputih.

  2. Kalau belanja ke supermarket, tas belanjaan kita selalu berat banget!. Nyampe rumah ya saya nungguin dimobil sampai semua tas belanjaan diangkat kerumah. Termasuk krat minuman, kosongpun tidak bisa saya angkat sangking beratnya. Kalau bapaknya anak-anak tuh krat minuman bisa diangkat 2 sekaligus. Coba kalau di Indonesia ada istri nyantai-nyantai begini saat suami beberes belanjaan, bisa dibilang istri tidak tahu diri kali ya hehe. Dari sebelum punya anak juga biasanya suami tercinta yang angkat semua belanjaan.

Tulisan Terkini

  1. Pernah bikinin saya rak tanaman dan greenhouse mini. Dulu kan dia sekolah tukang kayu jadi bisa bikin perabotan gitu deh. Tapi profesi pengrajin kayu tidak berlanjut karena penghasilannya sangat minim. Pindah profesi (sekolah dulu) sampai saat ini menjadi perawat. Tidak pernah bekerja di rumah sakit. Saat ini jadi perawat/petugas yang mengurusi cuci darah dan per Desember akan pindah kerja lagi. Heran pindah kerja melulu seperti kutu loncat yaa 😀 .
  1. Pernah bikinin rak gantung tanaman. Model raknya saya lihat dari pinterest. Niatku buat menggantung anggrek dan atau aneka tanaman hias gantung dalam rumah. Rak gantungnya dipasang dikamar mandi. Pernah saya pakai sebentar buat menggantung 2 jenis tanaman, akhirnya tanamannya saya buang karena jelek kena kutu haha. Kalau anggrek-anggrek sampai saat ini bagus dan sehat semuanya. Anggrek-anggrek saya taruh Window sill belum digantung. Nah sampai saat ini rak tersebut belum dipakai lagi, malah 2 pot gantung isinya barang-barang keperluan mandi haha.
8 Good Things About My German Husband

Rak tanaman hias gantung, malah dipakai buat ngegantung peralatan mandi dan pembersih kamar mandi haha

  1. Sering mencuci piring, tambah rajin kalau saya lagi bete bisa berkali-kali dalam sehari itu dia kerjanya haha. Tapi ya begitu deh seperti di postingan sebelumnya, untuk urusan cuci piring ini pasti ada aja sisa kerjaan dia kasih buatku! 😛 .

Baca juga: Nikah Sama Bule Bukan Impian Saya

  1. Kalau saya membersihkan rumah dengan pengisap debu dan dia lihat, dia akan ambil alih. Mumpung dibantuin ya saya bilang supaya semua ruangan dibersihkan, jadi saya bisa lanjut mengepel. Kalau dia asyik sudah berjam-jam main game melulu, nah saya bersihkan rumah dong, ambil pengisap debu, nyalain dekat dia. Nih suara mesinnya berisik bangett 😀 supaya dia berhenti sebentar bantuin saya gitu!, sayapun pengen dong nyantai di depan komputer kan hehe.

  2. Jago sekali mengganti sprei dan selimut. Cepat dan rapih kerjanya. Biasanya saya mengganti sprei dan sarung bantal kalau lagi ada suami, karena menyelipkan ujung seprai ke bawah kasur susah. Kasurnya berat. Uniknya di Jerman selimut ada sarungnya!. Ini yang paling saya benci. 5 tahun pertama selalu suami yang mengerjakan. Sudah saya lihat caranya tetap tidak bisa 😳 .

  3. Kalau dia lihat saya keluarkan cucian dari mesin cuci, maka dia akan ambil alih untuk menjemurkannya. Gaya (cara) menjemur pakaian antar orang Jerman dan Indonesia menurutku berbeda. Kalau saya lagi banyak kerjaan ya dengan senang hati urusan jemuran ini saya berikan ke suami.

Namun seringnya hasil kerja suamiku tidak memuaskanku. Iya saya tahu kalau sudah dibantuin sebaiknya tidak cerewet. Saya maunya menggantung yang hemat tempat, menggantung yang rapih, yang tebal dibagian paling depan dan belakang. Ah susah menjelaskan, mungkin suatu kali nanti saya buat videonya ya.

Menjemur cucian

Bapak dan anak setelah menjemur cucian. Benjamin kala itu usia 14 bulan. 26.09.2015

Belum lama ini dia komentar „apakah hasil kerjaku sudah sesuai dengan standarmu?“ OMG saya tertawa ngakak luar biasa sambil memperhatikan pakaian-pakaian yang telah tergantung. Hmm sebenarnya belum 100% memuaskanku, namun ya sudahlah toh dia sudah membuat saya tertawa saat itu.

Jadi saya jawab „sudah. Terima kasih!“ . Kata terima kasih ini sering kali saya dengar diucapkan sejak saya tinggal di Jerman. Bahkan dalam hubungan suami istri, anak dan orangtua merupakan kata/kalimat yang kerap didengar setiap hari. Berbeda dengan saat saya masih di tanah air.

Rasanya saya tidak ingat kapan saya pernah mengatakan „terima kasih mak masakannya enak, lusa masakin lagi dong yang begini“. Atau tidak pernah kudengar bapakku mengatakan terima kasih ke mamakku saat kita makan bersama. Bukan mau membandingkan mana yang baik dan tidak ko 😉 .

Hanya saja beda negara ya beda juga kebiasaannya ya. Benjamin pun sejak dia lancar bicara, „Danke mama (terima kasih)“ ini royal sekali dia ucapkan. Bahkan saat saya ngomel panjang lebar, ujungnya dia memeluk saya dan mengatakan “Danke mama”! Haha. Oh iya satu kata lagi yang Benjamin ucapkan. Kata ini bisa dia katakan setelah sebulan di taman kanak-kanak. Bitte (please). Kalau dalam bahasa Indonesia kata halus untuk meminta sesuatu. Si bocah minta susu disiang hari. Ngapain minum susu? Belum 1 jam makan siang. Ntar malam saja sebelum tidur, seperti biasa. „Bitte mama, susu“ kata Benjamin untuk kedua kalinya. Tuh siapa yang tidak terenyuh kalau di kasih kata bitte sama anak kan haha.

 

Demikianlah cerita saya mengenai 8 Good Things About My German Husband. Kalau kamu baru pertama kali berkunjung ke blog saya dan suka tulisan ini silakan subscribe follow blog saya, supaya tidak ketinggalan postingan cerita dari Jerman berikutnya, kolom berlangganan mengikuti blog ada dibagian kanan atas postingan.
Baca juga: Kisah-kisah Kawin Campur yang Tragis

29 Comments

  1. sari bainbridge December 6, 2017
  2. Emaknya Benjamin br. Silaen December 5, 2017
  3. Emaknya Benjamin br. Silaen December 5, 2017
  4. Sabilla Rahmaningrum Aziz December 4, 2017
  5. Tami Kunz December 3, 2017
  6. ellykurnia November 28, 2017
  7. jessmite November 25, 2017
  8. Emaknya Benjamin br. Silaen November 24, 2017
  9. Pypy November 24, 2017
  10. Emaknya Benjamin br. Silaen November 18, 2017
  11. Monda November 18, 2017
  12. Emaknya Benjamin br. Silaen November 18, 2017
  13. ellykurnia November 17, 2017
  14. Emaknya Benjamin br. Silaen November 17, 2017
  15. mayang koto November 17, 2017
  16. Emaknya Benjamin br. Silaen November 15, 2017
  17. Emaknya Benjamin br. Silaen November 15, 2017
  18. Emaknya Benjamin br. Silaen November 15, 2017
  19. Emaknya Benjamin br. Silaen November 15, 2017
  20. Emaknya Benjamin br. Silaen November 15, 2017
  21. Emaknya Benjamin br. Silaen November 15, 2017
  22. Emaknya Benjamin br. Silaen November 15, 2017
  23. Oma Kiarra November 15, 2017
  24. bijo November 15, 2017
  25. Melissa Octoviani November 14, 2017
  26. just A November 14, 2017
  27. adelescarlet November 14, 2017
  28. Arman November 14, 2017
  29. mayang koto November 14, 2017
error: Content is protected !!