Tiga Bulan di Jerman, Saatnya Mama Kembali ke Tanah Air

Tiga Bulan di Jerman, Saatnya Mama Kembali ke Tanah Air. Kamis 2 Oktober 2014 hari itu merupakan hari terakhir mama saya di Jerman. 90 hari sungguh tidak terasa berlalu begitu cepat. Mama menemani saya sebelum melahirkan hingga mengajari saya bagaimana mengurus Benjamin. Tiba saatnya mama harus kembali ke tanah air tercinta bertemu keluarga tercinta, keluarga di Jakarta senang sedangkan saya sedih hiks 🙁 .

Sebenarnya sejak awal mama berada di Jerman, dan saya membayangkan kalau mama hanya tiga bulan saja bersama saya, wah saya langsung sedih dan akan nangis tersedu-sedu. Maka setiap kali pikiran tersebut lewat, saya alihkan dengan membayangkan hal lain yang membuat hati saya bahagia, toh tahun depan mama bisa datang kembali kan yaa. Kalau si mama datang lagi nanti, Benjamin pastinya sudah bisa lari-lari 😀 .

Pada 2 Oktober tersebut saya masuk kursus, saya minta babenya Benjamin beli timbangan koper yang saat itu sedang dijual disalah satu supermarket. Mama sms saya :, “setelah pulang kursus langsung pulang ya jangan ngelayap ke toko-toko. Koper mama kelebihan 3 kg nih, jadi harus dibongkar atau dikeluarkan beberapa barang, pulanglah cepat supaya ada yang gendong Benjamin dulu”.

Yaelah maaakk suruh babenya si Ben aja yang jaga kenapa? pasti main komputer deh dia ya” jawab saya dalam hati saja. Nyatanya saya masih sempat berlari ke salah satu toko tanaman, membeli sesuatu yang saya butuhkan, toh bus saya datangnya 10 menit lagi.

Tiba di rumah, mama bilang, mama sedih sekali, tidak tahu kenapa ketika mengganti bajunya Benjamin jadi sedih dan menangis. “Wajarlah ma, aku aja sudah berhari-hari ini melow melulu, mewek melululah kalau kubayangkan mama akan kembali ke tanah air. Makanya udahlah kita pikirkan yang senang dan bahagia saja yaa, tahun depan mama kan bisa datang lagi” sahutku.

Tulisan Terkini

Ketika kami makan siang saya yang berdoa hari itu, dan suara saya tersendat ditenggorakkan dan tidak bisa keluar sangking sedihnya. Bukan hanya saya, mama juga menangis. Hahaha kalau saat ini kami berdua sudah bisa tertawa-tawa 😆 . Makanya saya baru bisa membuat tulisan ini. 1-2 minggu setelah mama kembali ke tanah air, baru saya menuliskan satu dua kalimat langsung menetes air mata saya, lebih baik saya pending ceritanya hingga perasaan saya sudah normal kembali.

Di hari terakhir tersebut, mama memandikan Benjamin untuk terakhir kali. “Mak mandikanlah Benjamin, terakhir kali mak, nanti kangen loh ma dengan cucu mama tercinta ini” hehehe gaya bujuk rayu saya supaya mama mau memandikan Benjamin.

Sejak Benjamin lahir hingga hari itu 02 Oktober, tidak pernah saya memandikan Ben. Saya selalu jadi asisten mama atau babenya Benjamin saat Ben dimandikan. Kalau ada mereka berdua kenapa saya harus turun tangan toh hehe. Sejak mama di tanah air, sayalah yang paling sering memandikan Ben.

Slideshow foto-foto Opung dan Benjamin

Pesawat mama LH782 berangkat 21:30 ; boarding time 20:45 . Saya sudah lakukan online check-in 24 jam sebelum keberangkatan, jadi boarding pass sudah keluar dan saya print lalu berikan ke mama.

Benjamin sudah siap Mengantar opung ke Bandara

Benjamin sudah siap Mengantar opung ke Bandara

 

Niatnya kami akan berangkat jam 17.30 dan molor hingga hampir jam 18.30 salahkan saya hehe babenya Ben sih sudah mulai ngomel 😳 . Saya PD saja dua jam lebih cukuplah sampai ke bandara Frankfurt, toh biasanya butuh waktu tidak sampai 1,5 jam.

Ternyata di beberapa tempat macet gilaa, mobil tidak benar-benar berhenti sih, tapi kalau cuma bisa melaju di kecepatan 50 km di jalan tol, ya jadi ketar-ketir juga, takut telatt. Awalnya kami masih ngobrol-ngobrol, lalu jadi hening karena deg-deg an mikirin bisa sampai tepat waktu ga ya 😥 .

Puji Tuhan! tiba di bandara jam 8 malam. Boarding time 20 :45 dan jadwal pesawatnya berangkat 21:30. Saya deg-deg an lagi tuh, “jangan-jangan counter chek-in buat serahkan koper antriannya panjang” . Puji Tuhan lagi, ternyata counter check-in nya banyak ko, jadi penumpang tidak perlu antri lama.

Diparkiran Bandara Frankfurt. 02 Oktober 2014 jam 8 malam

Diparkiran Bandara Frankfurt. 02 Oktober 2014 jam 8 malam

 

Model baru nih, jadi tidak ada petugasnya. Penumpang tinggal mendatangi mesin check-in, taruh koper diatas timbangan/ban berjalan, scan tiketnya ke mesin. Kalau berat koper tidak lebih beratnya akan keluar kertas laporan bagasi. Koper kecil untuk dibawa ke kabin tidak perlu ditimbang, karena pas babenya Benjamin taruh koper besar dan kecil, mesinnya tidak bereaksi ya artinya bawaan mama melewati berat yang diizinkan.

Counter Check in otomatis tanpa petugas, tinggal taruh kopernya kalau berat tidak lebih akan keluar struk informasi, koper akan berjalan masuk

Counter Check in otomatis tanpa petugas, tinggal taruh kopernya kalau berat tidak lebih akan keluar struk informasi, koper akan berjalan masuk

 

Malam hari sebelum keberangkatan, ketika saya lakukan online check-in, saya coba minta (apply) supaya ada petugas yang menemani mama istilahnya special service. Soalnya mama saya kan hanya bisa bahasa Indonesia, saya kuatir mama nyasar menuju ke pesawatnya. Jadi ada beberapa pilihan, saya pilih option mama tidak bisa berjalan jauh sekali. Ujung-ujungnya keluar informasi supaya bawa kursi roda sendiri hahaha. Saya pikir ya sudahlah, saya toh cuma butuh petugasnya untuk menemani mama sampai ke pesawat.

Pas mau masuk, ternyata kata petugasnya disuruh tanyain di lantai bawah. Babenya Ben lambreta pula, dan balik membawa kabar tidak baik. Katanya special service begitu harus bayar dan harus daftar ulang lagi. Yaelah beneran bikin kesal deh, wong di email yang saya terima tidak ada informasi yang menyatakan harus bayar ko.

Daripada berdebat lagi, waktu semakin mepet untuk boarding, maka mama sudah mantap masuk tanpa pengawal. Saya bilang ke mama “setelah lewat pemeriksaan imigrasi lalu cari pintu Z52 ya maaa”. Kami masih bisa melihat mama sudah melalui loket imigrasi. Tahu ga sih si Mama loket imigrasinya pilih yang buat warga EU (Uni Eropa) hahaha. Mama pastinya tidak mengerti sih, yang penting sudah lolos dan petugas sudah cap paspor mama 😉 . Saya pesan ke mama kalau sudah diruang tunggu sms atau miss call saya, nanti saya telp mama buat ngobrol dulu sebelum masuk pesawat.

 

Sebelum mama lewat gerbang perpisahan, gerbang dimana mama menuju ke loket imigrasi dan kami hanya bisa memandangi saja. Saat itu saya melihat ternyata ada seorang ibu asia juga yang akan pergi seorang diri. Si ibu diantar anak perempuannya dan menantunya bule. Saya curi-curi pandang sambil mikir apakah dia orang Indonesia?.

Setelah mama saya berlalu, si wanita menghampiri saya dan bertanya apakah saya dari Filipin?. Heran setiap kali bertemu orang asia tidak ada satupun yang menebak saya orang Indonesia, apakah orang Indonesia sangat sedikit ya di Jerman sini ? 😀 . Saya selalu dikira orang Filipina atau dari Thailand.

 

Mama sudah diruang tunggu (saya telp mama) :
Mama : “kamu gimana sih Linnnn katanya pintu Z5, capeee mama jalan jauhhh sekali, tanya-tanya petugas dimana Z5, ditunjukin jauhh sekali. Lalu karena tidak ketemu, mama tunjukkinlah tiket mama, dibilang petugas pintunya Z52 dan petugasnya sambil nunjuk-nunjuk jam ”. (Pasti maksud petugasnya cepat sudah harus masuk ruang tunggu) .

Saya : “Mamiii aku kan bilangnya pintu Z52, bukan Z5. Aku bilang dua kali loh!” sahut saya dengan nada pengen nangis dan ketawa ”.

Jadi pelajaran nih, berikutnya mama harus diajarin baca tiket, kalau perlu digaris bawahi no pintu dan no bangku pesawat.

Mama sudah dalam pesawat (saya telp mama):
Mama (bicara sambil ngos-ngos an) : “kamu gimana sih Linnnn* bangkunya ko dipilih paling ujung pesawat, paling belakang ini, jauuhh masuknya. Mentok tidak ada bangku lainnya dibelakang. Ampunnn dah di ekor pesawat”.

Saya (bengong sesaat) : “Maaa semalam kan mama disampingku waktu kita pilih no bangku pesawat mama. 26C tuh 1 bangku dekat pintu pesawat. Pintu tengah. Mama masuk dari pintu mana??? ”.

Mama : “masuk lewat pintu depan, ngikutin orang-orang”.

Saya: “yaelahhh makkk, kan sudah dikasih tahu masuk lewat pintu tengah”.

Mama : “eh tunggu, ternyata masih banyak bangku dibelakang mama ko. Kirain paling ujung di ekor pesawat ”. (Mungkin ada semacam tembok pemisah jadi mama kira dia paling belakang)

Saya : “Ya iyalah kan semalam kita sudah lihat denah bangku pesawatnya. Bangku mama di bagian tengah pesawat ko, dekat pintu tengah. Duduk di pinggir jalan, supaya mudah kalau mau ke luar, misalnya ke toilet kan tidak perlu permisi ke orang disebelah. Pokoknya sudah aku pilihkan yang terbaiklah ”.

Mama : “duuuuhh mandi keringat nih Linnnn*, jaket kulit si Andre** mama pakai kan karena berat sekali tidak bisa masuk koper lagi. Trus tadi mama minum air setengah liter. Mama lupa minum air yang bawa dari rumahmu, tadinya mau minum dijalan. Lupaaa, eh pas pemeriksaan, ditahan petugas, dikeluarkan botol minum tupperware. Disuruh buang, mama ga mau, rugi bener, mahal tupperware!. Trus disuruh minum airnya, karena tidak boleh buang airnya saja ”.

Saya : membayangkan petugas bicara dalam bahasa Jerman atau Inggris dan mama jawabnya bagaimana? Ini bikin saya ngakak makkk.

Mama : “trus itu lagi, hp jadul mama, ampunn dah! tadi mama dibawa ke kantor petugas karena hp jadul tersebut kan tidak ada sim cardnya ”.

Saya : mungkin dianggap sebagai alat pematik bom kali ya hehehe. Makanya lain kali kalau ada hp tanpa sim card, masukkan ke koper besar saja.

Mama : “sudah dululah telpnya ya, mama cape banget, mandi keringat nih. Pulanglah kalian, nanti mahal bayar parkir bandara” .

Saya : “Yaelah mama, masih sempatnya mikirin mahal parkiran hahaha. Yang penting mama sudah duduk dalam pesawat ya, aku tenang ma, bisa pulang”.

*Nama saya Nella, tapi dikeluarga, nama panggilan saya Linang.
**Andre adik saya paling kecil.

 

Ketika mama transit di KL, mama telp saya. Hanya hampir 1,5 menit telp dengan no. Jerman ke hp saya kena 6 euro (sekitar rp.96.000) ya iyalah roaming memang mahal sekali. No hp Jerman mama hingga saat ini sudah sebulan lebih masih aktif. Lumayan saya bisa ngirit sms an ke mama, kena Rp.800 kalau dirupiahkan. Kalau mama sms saya dari simpati ke no Jerman, mama kena Rp.600.

“Grandmother — a wonderful mother with lots of practice”. ~Author Unknown

 

Baca juga:
Cerita Mamaku Ngurus Visa Schengen Sendiri
Cerita Mama ke Jerman Tanpa Pendamping
Cerita Keseharian Mama 3 Bulan Bersamaku

67 Comments

  1. cantika March 23, 2018
  2. lady February 7, 2015
  3. Emaknya Benjamin December 2, 2014
  4. someone at somewhere in jakarta December 1, 2014
  5. Emaknya Benjamin November 27, 2014
  6. oncelifetime November 25, 2014
  7. Emaknya Benjamin November 20, 2014
  8. Sofyan November 19, 2014
  9. Emaknya Benjamin November 16, 2014
  10. Fascha November 15, 2014
  11. Emaknya Benjamin November 13, 2014
  12. nim454yu November 13, 2014
  13. Emaknya Benjamin November 13, 2014
  14. Emaknya Benjamin November 13, 2014
  15. Emaknya Benjamin November 13, 2014
  16. Tina Latief November 12, 2014
  17. adhyasahib November 12, 2014
  18. siti November 12, 2014
  19. NisadanChicco November 11, 2014
  20. Emaknya Benjamin November 10, 2014
  21. Emaknya Benjamin November 10, 2014
  22. Emaknya Benjamin November 10, 2014
  23. Emaknya Benjamin November 10, 2014
  24. Emaknya Benjamin November 10, 2014
  25. Emaknya Benjamin November 10, 2014
  26. Emaknya Benjamin November 10, 2014
  27. Pitta Sitorus November 10, 2014
  28. windaelsa November 10, 2014
  29. Rere November 9, 2014
  30. siti November 9, 2014
  31. winnymarch November 9, 2014
  32. Bibi Titi Teliti November 9, 2014
  33. denaldd November 9, 2014
  34. dhira rahman November 9, 2014
  35. Kharis November 8, 2014
  36. shintadarmawan November 8, 2014
  37. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  38. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  39. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  40. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  41. lovelyristin November 7, 2014
  42. kayka November 7, 2014
  43. shintadarmawan November 7, 2014
  44. gegekrisopras November 7, 2014
  45. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  46. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  47. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  48. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  49. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  50. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  51. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  52. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  53. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  54. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  55. Emaknya Benjamin November 7, 2014
  56. ysalma November 7, 2014
  57. gegekrisopras November 7, 2014
  58. Mey Clarissa November 7, 2014
  59. Pypy November 7, 2014
  60. rianamaku November 7, 2014
  61. winnymarch November 7, 2014
  62. Arman November 7, 2014
  63. ahsanfile November 7, 2014
  64. Yang Saya Suka November 7, 2014
  65. ardiantoyugo November 7, 2014
  66. ilmiy November 7, 2014
error: Content is protected !!